Sunday, 23 April 2017

Filled Under:

MALAIKAT PENCABUT NYAWA MENANGIS SAAT CABUT NYAWA WANITA INI...BANTU SEBARLUASKAN

 MALAIKAT PENCABUT NYAWA MENANGIS SAAT CABUT NYAWA WANITA INI...BANTU SEBARLUASKAN

Malaikat Maut pernah menangis saat mencabut nyawa seseorang wanita. Kisahnya yang mengharukan terdaftar dalam Tadzkirah oleh Imam Qurthubi.



“Aku pernah menangis saat mencabut nyawa seorang wanita, ” kata Malaikat Maut. “Saat itu ia baru saja melahirkan di padang pasir. Saya menangis saat mencabut nyawanya karena mendengar bayi itu menangis dan tidak ada seseorang ada pula di sana. ”


Tak ada sepengetahuan Malaikat Maut, karena ia cuma ditugaskan untuk mencabut nyawa, Allah Subhanahu wa Ta’ala lantas menyelamatkan bayi itu dengan langkahnya sampai lalu ia tumbuh besar dan jadi seseorang ulama yang dicintaiNya.


Dalam cerita yang lain dikisahkan cerita yang tidak sama. Malaikat Maut ditugaskan mencabut nyawa seorang wanita yang tenggelam di sungai. Yang membuatnya menangis, wanita itu mempunyai dua anak yang tetap masih kecil. Ke-2 anak itu tidak ditakdirkan meninggal dunia  sampai mereka selamat hingga ke tepian, bahkan juga Malaikat Maut turut membantunya menepi.



Saksikan dua anak yang masih tetap kecil itu, Malaikat Maut menangis karena ia mesti mencabut nyawa ibunya. Mereka bakal jadi anak-anak sebatang kara.

Th. untuk th. berlalu, dua anak itu setelah itu tumbuh dewasa. Dan dengan izin Allah, ke-2 anak itu keduanya sama jadi raja di dua daerah yang tidak sama.



Kita tidak pernah tahu kapan Malaikat Maut bakal tiba mencabut nyawa. Satu yang tentu, bakal tak ada yang bisa memajukan dan menunda kematian sesaatpun waktu Allah sudah mengambil keputusan waktunya.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُم�’ لَا



يَس�’تَأ�’خِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَس�’تَق�’دِمُونَ



Masing-masing umat memiliki batas saat ; jadi apabila sudah datang waktunya mereka tidak bisa mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak bisa (juga) memajukannya. (QS. Al A’raf : 34)



قُل�’ لَا أَم�’لِكُ لِنَف�’سِي ضَرًّا وَلَانَف�’عًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُم�’ فَلَا يَس�’تَأ�’خِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَس�’تَق�’دِمُونَ


Katakanlah : “Aku tidak berkuasa menghadirkan kemudharatan dan tdk (juga) manfaat pada diriku, namun apa yang diinginkan Allah”. Semasing umat mempunyai ajal. Apabila sudah datang ajal mereka, jadi mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun serta tidak (juga) memprioritaskan (nya). (QS. Yunus : 49)


وَلَن�’ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَف�’سًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَع�’مَلُونَ


Dan Allah sekali-kali akan tidak menangguhkan (kematian) seorang apabila sudah datang saat kematiannya. Dan Allah Maha Tahu apa yang anda lakukan. (QS. Al Munafiqun : 11)


Bahkan meskipun Malaikat Maut iba juga, hal sejenis itu takkan menunda kematian yang sudah dijadwalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’la.


Namun, kita juga tidak bisa demikian takut dengan hari depan anak-anak serta keturunan kita. Mereka hidup, tumbuh dan besar tidaklah lantaran kita tetapi atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti narasi di atas, bahkan juga ditinggal oleh orangtuanya walaupun, Allah yang bakal buat perlindungan mereka


Yang jadi perlu kita buat persiapan dan lebih kita perhatikan yaitu bekal kita hadapi kematian. Siapkah kita hadapi alam barzakh. Siapkah kita hadapi hari kebangkita. Siapkah kita hadapi yaumul hisab saat semuanya amal kita di buka di hadapan semuanya makhluk. Sudahkah kita fikirkan, apabila Malaikat Maut datang melalui langkah mendadak pada kita, dimana rumah kita nantinya ; surga atau neraka?

sumber : mediainformasiislam. net




0 comments:

Post a Comment